Rabu, 08 Agustus 2012

belajar bahasa Minang


posting dibawah ini awak ambia dari blog orang,,, 

Sejauh saya mengerti budaya Sumatera Barat, sejauh itu saya tertarik dengan tempat ini. Saya (sekarang) berpacaran dengan seorang lelaki asal Solok. Lahir di ranah Minang, tumbuh dalam dialek Minang, besar dalam pendar-pendar primordialisme khas remaja Minang. Praktis, saya cepat akrab dengan budaya Minang, sekalipun belum pernah menginjakkan kaki keluar dari jeruji-jeruji kesentrisan pulau Jawa.
Lelaki saya yang berpuak Jambak ini, Alfian, yang membuat saya cukup fasih bercerita dan berbicara dalam budaya dan bahasanya.
Tulisan ini semata-semata hanya sebagai referensi Anda yang ingin belajar bahasa Minang.
SAPAAN
Orang Minang (untuk juga menyebut semua orang di Sumatera Barat) biasanya menyapa dengan kalimat “Ba a kaba?” atau “Apo kaba?”
Contoh:
Ba a kaba? Lai aman-aman se? (Bagaimana kabarmu? Baik-baik saja kan?)
KATA GANTI SUBJEK
Aku
Untuk percakapan dengan teman, yang sering dipakai adalah kata “Awak”. Untuk sebutan yang lebih kasar (biasanya percakapan santai antar para pria), bisa pakai kata “Aden” (kata ini haram untuk diucapkan wanita). Dalam lagu-lagu Minang tentang percintaan yang mendayu-dayu, mereka menyebut diri sendiri dengan kata “Denai”. Kata “Denai” kalau dalam bahasa Jawa mungkin kira-kira sama dengan “Sliraku”. Lebih halus. Bisa juga pakai “Ambo”, tapi jarang sekali digunakan.
Perempuan lebih sering menyebut namanya daripada memakai kata “Awak”. Kesannya memang agak kekanak-kanakan. Mereka biasanya menggunakan bagian akhir dari namanya. Sebagai contoh, perempuan Minang bernama Dina akan memakai “Na” yang diambil dari suku terakhir nama panggilannya untuk menyebut dirinya sendiri. Ia akan bilang: “Na sadang sibuk.” (Dina sedang sibuk). Lain lagi dengan perempuan bernama Asri yang akan bilang: “Iko baju I.” (Ini baju Asri). Dan sebagainya.
Kamu
Orang Minang menyebut lawan bicara langsung dengan nama mereka. Jadi mungkin (setahu saya) tidak ada kata “Kamu” dalam bahasa ini. Saya merasakan kesan akrab dalam cara berkomunikasi seperti ini. Karena mau tidak mau mereka harus selalu hafal nama orang kan? Agak sulit bagi saya yang sulit mengingat nama orang. Dalam bahasa Minang yang lebih kasar, mereka mengganti kata “Kamu” dengan “Ang”. Contoh: “Manga ang ka siko?” (Kenapa kamu kesini?)
Orang ketiga
Dia = Inyo
Yang dihormati
Sebutan untuk perempuan yang lebih tua atau dihormati = Uni
Sebutan untuk pria yang lebih tua atau dihormati = Uda
PERTANYAAN
  1. Apa =  Apo, disingat A
  2. Bagaimana = Bagaimano, disingkat Ba a
  3. Berapa = Barapo, disingkat Bara
  4. Dimana = Dimano, disingkat Dima
  5. Darimana = Dari mano, disingkat Dari ma
  6. Mana = Mano, disingkat Ma
  7. Siapa = Siapo, disingat Sia
  8. Kapan = Bilo
  9. Mengapa = Mangapo, disingkat Manga
  10. Kenapa = Dek a
Jadi kalau mau tanya “Bagaimana caranya?”, bisa pakai “Ba a caronyo?” atau “Bagaimano caronyo?”. Kata tanya yang disingkat lebih sering dipakai, terlebih dalam percakapan sehari-hari.
KATA PENUNJUK
  1. Ini = Iko
  2. Itu = Itu
  3. Sini = Siko
  4. Sana = Sinan
  5. Situ = Situ
RUMUS BAHASA
Sebenarnya belajar bahasa Minang sangat mudah, karena banyak kata yang diadopsi dari bahasa Indonesia (mungkin malah bahasa Indonesia yang mengadopsi bahasa Minang). Hanya saja kata-kata itu mengalami semacam penggubahan sesuai dialek mereka.
Pemakaian huruf O
Kalau Anda sering melihat film dan ada karakter orang Minang disitu, yang Anda paling ingat mungkin pemakaian huruf O yang kerap mun cul. Bahasa Minang mengubah kata dalam bahasa Indonesia yang berakhiran A menjadi berakhiran O.
Contoh:
Cara = Caro
Belanja = Balanjo
Suka = Suko
Ada = Ado
Iya  = Iyo
Baca = Baco
Janda = Jando
Nama = Namo
Pengubahan –at menjadi –ek
Sebagian besar kata dalam bahasa Indonesia yang berakhiran –at berubah menjadi berakhiran –ek dalam bahasa Minang. Bunyikan –ek seperti mengucapkan “mbek” dalam kata “Lembek”.
Contoh:
  1. Rapat = Rapek
  2. Sarat = Sarek
  3. Kawat = Kawek
  4. Dapat = Dapek
  5. Hambat = Hambek
  6. Lambat = Lambek
  7. Silat = Silek
  8. Giat = Giek
  9. Kuat = Kuek
Bedakan dengan contoh berikut:
  1. Berat = Barek
  2. Lebat = Labek
  3. Tepat = Tapek
  4. Penat = Panek
  5. Merambat = Marambek
  6. Keringat = Karingek
Perhatikan bahwa keenam contoh di atas tidak berubah menjadi “Berek”, “Lebek”, “Tepek”, “Penek” atau “Merembek”, melainkan “Barek”, “Labek”, “Dabek”, “Panek” dan “Marambek”. Suku kata pertama yang mengandung huruf E memang biasanya berubah menjadi A.
Pengubahan –as menjadi –eh
Contoh:
  1. Panas = Paneh
  2. Beras = Bareh
  3. Gelas = Galeh
Pengubahan -ir menjadi –ia
Contoh:
  1. Air = Aia
  2. Alir = Alia
  3. Cibir = Cibia
  4. Pelintir = Palintia
  5. Semir = Samia
Pengubahan –ur menjadi –ua.
Contoh:
  1. Aur = Aua
  2. Baur = Baua
  3. Lebur = Labua
  4. Tabur = Tabua
Pengubahan –ut menjadi –uik
Contoh:
  1. Rambut = Rambuik
  2. Laut = Lauik
  3. Takut = Takuik
  4. Kentut = Kantuik
  5. Perut = Paruik
  6. Ikut = Ikuik
  7. Lembut = Lambuik
  8. Rebut = Rabuik
Pengubahan –uk menjadi –uak
Contoh:
  1. Keruk = Karuak
  2. Beruk = Baruak
  3. Buruk = Buruak
Pengubahan –uh menjadi –uah
Contoh:
  1. Bunuh = Bunuah
  2. Tujuh = Tujuah
  3. Peluh = Paluah
Pengubahan –us menjadi –uih
Contoh:
  1. Putus = Putuih
  2. Halus = Haluih
  3. Kurus = Kuruih
Pengubahan –ung menjadi –uang
Contoh:
  1. Bingung = Binguang
  2. Panggung = Pangguang
  3. Hidung = Hiduang
Pengubahan –ih menjadi –iah
Contoh:
  1. Lebih = Labiah
  2. Pedih = Padiah
  3. Letih = Latiah
Pengubahan –ing menjadi –iang
Contoh:
  1. Keling (hitam) = Kaliang
  2. Pening = Paniang
  3. Kucing = Kuciang
Pengubahan –il menjadi –ia
Contoh:
  1. Ganjil = Ganjia
  2. Bedil = Badia
  3. Sambil = Sambia
Pengubahan –is menjadi –ih
Contoh:
  1. Gadis = Gadih
  2. Manis = Manih
  3. Menangis = Manangih
Pengubahan -ap menjadi -ok
Contoh:
  1. Gelap = Galok
  2. Suap = Suok
  3. Sulap = Sulok
Tidak mutlak semua kata bisa diubah sesuai rumus diatas.
Sejatinya, pengubahan akhiran pada kata-kata tersebut tidak perlu dihafalkan. Logat Minang bisa serta-merta Anda kuasai tanpa menghafal kalau Anda terbiasa berlatih dan berkomunikasi dengan bahasa ini.
KALIMAT NEGATIF
Kalimat negatif dalam bahasa Minang memiliki pola yang mirip dengan kalimat negatif dalam bahasa Perancis. Mungkin juga ada bahasa lain di dunia ini yang memiliki pola sama. Sejauh ini, karena kebetulan saya sedang mempelajari bahasa Perancis, so this is the one I clearly know.
Pola kalimat negatif dalam bahasa Perancis: Subjek + ne + Kata Kerja + pas + Objek / Pelengkap.
Contoh:
Kalimat positif => Je suis étudiante (Saya seorang mahasiswa)
Kalimat negatif => Je ne suis pas étudiante (Saya bukan mahasiswa)
Pola dalam bahasa Padang: Subjek + indak + Kata Kerja + Objek / Pelengkap + do.
“Pas” dalam bahasa Perancis sama fungsinya dengan “Do” dalam bahasa Minang. Bedanya “Do” selalu diletakkan di akhir kalimat dalam bahasa Minang.
Contoh:
  1. Iko lamak (ini enak) => Iko indak lamak do (ini tidak enak)
  2. Awak suko bagarah (Aku suka becanda) => Awak ndak suko bagarah do (Aku tidak suka becanda)
  3. Ndak ba a do (Tidak apa-apa)
  4. Ndak ado lai do (Tidak ada lagi)
HURUF E
Orang Minang, seperti juga orang Melayu lainnya, agak sulit membedakan huruf E. Seperti yang kita ketahui, kita memiliki tiga jenis huruf E. Kalau dalam bahasa Perancis, ada tiga aksen untuk huruf E, yaitu accent éigu (é), accent grave (è) dan accent circonflexe (ê).
Dalam bahasa Indonesia, tiga E itu adalah:
  1. E seperti mengucapkan “Ekor”
  2. E seperti mengucapkan “Emas”
  3. E seperti mengucapkan “Elektronik”
Nah, orang Minang sulit membedakan ketiga E ini, sehingga maklumi saja apabila suatu saat Anda mendengar orang Minang yang agak ganjil cara mengucapkan sesuatu yang mengandung huruf E. Seringkali mereka mengucapkan “me” dalam kata “Nasionalisme” seperti mengucap E pada kata “Ekor” atau mungkin “Elektronik”, padahal seharusnya ia harus diucapkan seperti melafalkan kata “Emas”. Et cetera.
KATA KOTOR
Sebaiknya Anda harus tau daftar kata-kata kotor, bukan Cuma dalam bahasa Minang tapi juga dalam bahasa lainnya.
Pantek
Teman saya pernah mengeluhkan kata ini. Ada orang Minang di samping kamar kostnya yang sering meneriakkan kata “Pantek” terhadap istrinya dengan tingkat desibel yang cukup tinggi untuk mengganggu waktu bersantainya.
Apa sih arti “Pantek”? Saya sering berdebat mengenai hal ini dengan Alfian. Kalau ditanya, dia pasti akan menjawab itu tidak ada artinya dan memang lazim dipakai untuk meneriakkan kemarahan atau kekecewaan. Ada juga yang bilang “Pantek” adalah alat kelamin perempuan yang dipakai untuk berkata kotor.
Menurut saya, sesuai rumus yang saya jabarkan di atas, “Pantek” dalam bahasa Indonesia adalah “Pantat”. Entah pantatnya perempuan atau laki-laki, sama saja (saya pikir, pantat bukan monopoli perempuan saja). Dalam rumus saya, kata yang berakhiran –at akan berubah berakhiran –ek dalam bahasa Minang. Pendeknya, “Pantat” mau tak mau harus bermanuver menjadi “Pantek”. Itu saja. Tidak ada yang mampu mengubah pendirian saya.
Ada yang bilang “Pantek” itu kasusnya sama seperti kata “Asu” dalam bahasa Jawa. “Asu” adalah anjing dalam bahasa Jawa. Orang Jawa berteriak “Asu” untuk mengekspresikan kemarahan, bukan karena ingin memanggil anjing.
Ya sama saja toh, dia menyamakan hal yang membuatnya marah itu dengan anjing (yang memang ditakdirkan untuk menjadi objek penderita). Orang Minang pun menyamakan hal yang membuatnya marah dengan pantat (yang ditakdirkan menjadi bagian tubuh pertama yang merasakan imbas ekskresi manusia). Secara filosofis, tidak ada masalah dengan itu.
Kanciang
“Kanciang” tidak mengacu pada kata “Kancing”, karena orang Minang lebih suka memakai kata “buah baju” untuk menyebut kancing baju. “Kanciang”, exactly berarti “Kencing”.
Kantuik
“Kantuik” berarti “Kentut”. Hmm, worth it..
Galadak
I don’t have any idea..
Dan..
Nama-nama hewan yang lazim didzikirkan ketika sedang kesal.
KOSA KATA LAIN
Tidak semua kata dalam bahasa Indonesia yang bisa diubah sesuai yang saya rumuskan untuk menjadi kata dalam bahasa Minang. Ada kata lain yang memang harus dihafalkan kalau Anda memang ingin mempelajarinya.
Contoh:
  1. Uang = Pitih
  2. Perempuan = Padusi
  3. Jangan = Jan
  4. Beri = Agiah
  5. Celana = Sarawak
  6. Belum = Alun
  7. Sudah = Alah
  8. Saja = Se
  9. Besar = Gadang
  10. Tua = Gaek
  11. Kecil = Ketek
  12. Celah = Cikunek
  13. Dan masih sangat sangat banyak lainnya.. (updated)
Orang Minang juga punya cara Minang sendiri yang terbawa saat ia berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Mungkin agak ganjil kalau Anda belum terbiasa. Contohnya, mereka sering menyebut kata “Bensin” dengan “Minyak”.
Yang jelas prinsipnya sama saja ketika Anda ingin mempelajari sesuatu yang baru. Practice makes perfect!

Senin, 09 Juli 2012

menulis,,,,

             Mudah jadi keinginan buat sering-sering nulis, tapi ya apa daya diri ini begitu males klo pengen mulai. sebenernya uda ada blog seh, tapi pengen buat lagi aja yg baru, yang fresh dan yang bener-bener bakal jadi catatan yg bukan sekedar catatan. catatan yang nantinya bisa jadi motivasi buat diri ini sendiri atopun orang lain, ato buat sekedar bernostalgia dengan kisah masa lalu kita, barangkali entar nehhh, entar bisa jadi orang yang punya banyak pengaruh besar di lingkungan sekitar. kan bisa tuh orang-orang yang (mungkin) kagum sama aku tar pengen tau gimana perjalanan dari kecil. dan kali aja bisa menginspirasi yang lain.iya ga?heee
             Menulis bagiku sesuatu yang asik, apalagi klo uda jadi, apalagi klo ada orang yang mau baca. beeeeeehhh itu sudah sudah sudah jadi suatu kebahagiaan tersendiri. klo ada yang mau bayar?boleh boleh.hehehe. sapa juga ya yang mau bayar?tapi insyaAllah ga ada yang ga mungkin..
banyak banget yang menginspirasi aku buat nulis, dari temen tokoh sampe diri aku sendiri sehh,heee pernah aku baca notes'nya temen, itu gila bagus banget. dan tiap baca tulisannya itu seakan menjadi hidup. entah manusia seperti apa dia inii. mungkin dia salah satu inspirasi saya buat nulis... buat siapa dia dan gimana dia tar dehh aku bikin tulisannya. ga enak klo dicampur adi satu disini. penuhhhh
nah pernah juga neh baca statementnya salah satu tokoh negeri kita Pramudya Ananta Toer.. tau? ato sering dipanggil "Pram". dari statementa itu bener-bener sangat menginspirasi deh.. ini aku cantumin.. 
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan dari sejarah"
              Nah gila banget klo aku baca, dan sangat benar sekali emang. orang-orang yang pinternya klo menurut kita ato banyak orang itu diluar nalar kita tapi klo dia ga mau nulis toh akan sama aja kaya manusia biasa seperti kebanyakan. bayangkan klo dia mau nulis, mungkin dia mempunyai sebuah pendapat ato gagasan tentang pengelolaan lingkungan, nah disebarin tuh tulisan diblog ato di jurnal-jurnal, di upload deh, dan orang-orang akan liat tuh gagasannya. dan orang-orang akan mencoba mengaplikasikan gagasan tersebut. klo banyak orang yang berhasil pada akhirnya bukankah itu jauh akan bermanfaat dan bisa jadi membuat dirinya dikenal di dunia luar. dengan begitu jika gagasannya berhasil bukankah dia mampu menaikkan moral masyarakat kita? mengharumkan bangsa kita?bener ga? ya bisa jadi saya salah mungkin, tapi ini optimisme saya. kan tidak ada salahnya kita optimis dengan hal-hal yang kecil ini kan?heee
          Menulis, dengan menulis orang-orang yang tadinya biasa aja bisa jadi luar biasa, gmn caranya??? andaikan aja ada orang yang suka bikin cerita, dia buat itu tulisan tulisan terus, dicobanya dia masukkan ke koran, majalah ato media yang lain, nah jikalau berhasil kan namanya akan terkenela, bisa bisa dia akan jadi langganan di media tersebut buat nulis terus, dengan begitu kan dia bisa jadi seorang penulis hebat. ya berawal dari hal kecil bernama "menulis".heee
siapa sangka kegiatan kecil bernama "menulis" inilah yang menjadikan sejarah mampu berbicara dimasa sekarang dan yang akan datang, kekuatannya itu masih terasa sampai menembus zaman.
dan sekarang aku akan coba menulis menulis dan menulis tentang apa saja, dan apaun, semoga bermanfaat.. :)